SEJARAH PERANG BADAR DAN FUTHU MEKKAH DI BULAN RAMADHAN
BISMILAAHIR RAHMAANIR RAHIIM
Allah swt berfirman:
"Sekarang Allah telah meringankan kepadamu dan Dia mengetahui bahwa
padamu ada kelemahan. Maka jika ada diantara kamu seratus orang yang
sabar, niscaya mereka dapat mengalahkan dua ratus orang, dan jika
diantara kamu ada seribu orang (yang sabar), niscaya mereka dapat
mengalahkan dua ribu orang dengan idzin Allah. Dan Allah beserta
orang-orang yang sabar."(Q.S Al Anfal : 66)
Bagaimana para sahabat menyambut bulan suci Ramadhan, memperbanyak
tadarrus Al Qur'an, shalat sunnah, bershadaqah atau banyak tidur siang
dan bermalas-malasan?
Ramadhan acap kali digambarkan dengan penampilan yang lesu dan lemah
oleh kita, sehingga Ramadhan menjadi alasan kuat untuk tidak
berprestasi, mengapa demikian?
Para shahabat Rasulullah saw memang memperbanyak tadarrus Al Qur'an,
Qiyamul lail, bershadaqah dan lebih dari itu, Ramadhan tidak menjadi
alasan untuk bermalas-malasan, terbukti dua peristiwa besar dan penting
yang tercatat dalam sejarah terjadi dalam bulan suci Ramadhan, yaitu
perang Badar dan Futhu Mekkah.
Memang betul bulan Ramadhan adalah tempat melatih kesabaran, menahan
amarah, namun berperang untuk mempertahankan kemuliaan Islam dan kaum
muslimin bukanlah berperang karena hawa nafsu, melainkan marah karena
Allah dan benci karena Allah.
Di medan jihad inilah terangkum dari segenap kekuatan yang telah terbina
dalam ibadah yang rutin. Maka Syahadatain sebagai bukti penggabungan
dirinya dalam partai Allah (Hizbullah), shalat telah melatih hidup
bersama dalam satu kesatuan komando yaitu komando Imam, shaum telah
mendidik pertahanan yang seimbang baik lahir maupun bathin, zakat telah
melatih jiwa untuk siap berkurban. Dan berjihad yang semua terlatih itu
dalam kondisi yang puncak. Maka berjihad merupakan puncak tertinggi
amaliyahnya dalam Islam. Hal ini nampak jelas ketika seorang shahabat
bertanya kepada Rasulullah saw, adakah amaliyah yang sama dengan jihad
fi sabilillah?. Beliau bersabda,"Kamu tidak akan sanggup
melakukannya..."Tepat benar Allah swt melahirkan dua peristiwa yaitu
perang Badar dan Futhu Mekkah sebagai amal yang paling utama terjadi
dalam bulan yang paling utama, RAMADHAN.
1. PERANG BADAR
Lima belas abad yang silam, peristiwa ini terjadi tepatnya hari jum'at,
17 Ramadhan tahun ke-2 Hijriyah. Pagi-pagi sekali saatnya orang selesai
bersantap sahur dan shalat subuh, peristiwa bersejarah itu dimulai. Hal
ini diawali dengan putusnya sebelah kaki milik Al Aswad bin Abdul Asad
oleh pedang Sayyidina Hamzah. Ia memaksa menerobos pertahanan kaum
muslimin yang sedang mengawal tempat penampungan air. Karena ia telah
bertekad,"Aku telah berjanji kepada berhalaku, aku harus bisa minum
airnya atau aku hancurkan tempat itu." Setelah putus sebelah kakinya, ia
pun masih memaksa merangkak menuju tempat penampungan air. Maka Hamzah
pun segera membunuhnya hingga tidak bergerak lagi.
Menyaksikan Al Aswad terjungkal berlumuran darah dengan sekali pukul
oleh Hamzah, majulah tiga pemimpin Quraisy mendekati barisan Islam
seraya berteriak-teriak meminta lawan. Tiga orang itu adalah Utbah bin
Rabi'ah, Syaibah bin Rabi'ah dan Walid bin Utbah. Permintaan mereka
segera disambut oleh orang-orang Anshar dengan penuh semangat. Akan
tetapi ketiga orang Quraisy ini dengan congkak meminta lawan yang
sepadan dan berasal dari bangsa mereka. Maka majulah Hamzah bin Abdul
Muthalib, Ali bin Abi Thalib dan Abu Ubaidah bin Al Harits. Perang
tandingpun berjalan tidak lama, tidak sampai dua menit ketiga patriot
Quraisy tewas, sedangkan di pihak Islam, Abu Ubaidah terluka.
Setelah melihat ketiga pahlawan mereka tewas, tanpa komando lagi
bergeraklah orang Quraisy untuk menyerang pihak Islam. Maka perang
besarpun tidak dapat dihindarkan lagi yang berakhir dengan kemenangan
berada di pihak Islam.
Di bulan suci Ramadhan, sebuah prestasi besar dari generasi awal,
terbukti banyak kebaikan yang lahir disini. Kemenangan pada perang Badar
seolah-olah telah menjadi pintu bagi kemenangan berikutnya. Anda akan
melihat besarnya masalah yang terkandung dari perang Badar ini, sehingga
kita memandang sebagai peristiwa yang besar, diantaranya:
-Menang di saat kritis.
Musuh yang dihadapi bukan yang direncanakan, persenjataan dan pasukan
tidak seimbang, bila pasukan mundur akan didapati kemunduran tidak saja
secara militer terutama secara politis dalam menghadapi orang Quraisy.
Keadaan yang kritis ini tersirat dalam kandungan doa Rasulullah saw
seperti yang diriwayatkan oleh Ahmad dari Umar r.a,"Pada hari perang
Badar, ketika Nabi melihat jumlah tentaranya hanya tiga ratus orang
lebih, maka beliau menghadap kiblat untuk berdoa,"Ya Allah, penuhilah
janji Mu. Ya Allah, jika pasukan Islam ini Engkau kalahkan, pasti Engkau
tak akan disembah lagi oleh penduduk bumi ini, setelah hari ini." Nabi
terus berdoa sampai kain selendangnya terjatuh dan Abu Bakar membetulkan
kembali letak kain selendang beliau sambil berkata,"Ya Rasulullah,
telah cukup engkau dalam berdoa ini dan Allah pasti akan memberikan
pertolongan Nya." Disaat itulah Allah swt menurunkan wahyunya:
"(Ingatlah) ketika kamu memohon pertolongan kepada Tuhanmu, lalu
diperkenankan Nya bagimu. Sesungguhnya Aku akan mendatangkan bala
bantuan kepadamu dengan seribu malaikat yang datang berturut-turut."(Q.S
Al Anfal : 9)
-Pertolongan Allah menyertai kemenangan Pasukan Islam.
Ayat diatas telah menyebutkan seribu malaikat hendak didatangkan secara
beruntun, ini sebagai isyarat Allah swt memastikan kemenangan ada di
pihak Islam, lebih jelasnya perhatikan ayat berikut ini:
"Dan Allah tidak menjadikan pemberian bala bantuan itu melainkan sebagai
kabar gembira bagi (kemenangan)mu, dan agar tentram hatimu karenanya,
dan kemenanganmu itu hanyalah dari Allah yang Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana."(Q.S Ali Imran : 126)
-Tokoh musyrikin banyak yang tewas.
Hasil pertempuran pada petang hari 17 Ramadhan 2 Hijriyah, tercatat
korban di pihak Quraisy ada 70 orang. Diantara mereka ini terdapat
tokoh-tokoh pemimpin Quraisy, seperti Umayyah bin Khalaf pemimpin
Quraisy yang terkaya, Utbah bin Rabi'ah, Syaibah bin Rabi'ah, Walid bin
Utbah dan Abu Jahal. Menurut sejarah, ketika Abdullah bin Mas'ud membawa
kepala Abu Jahal, Rasulullah saw pun turun dari kudanya lalu sujud
syukur.
Bukhari meriwayatkan dari Abdurrahman bin Auf,"Ketika aku berdiri di
tengah barisan pasukan Islam di hari Badar, aku berada di tengah dua
orang pemuda Anshar. Salah seorang dari mereka berbisik kepadaku,"Hai
pamanku, tunjukkanlah kepadaku Abu Jahal" kata Abdurrahman,"Apa
maksudmu?". Jawabnya,"Aku akan membunuhnya atau aku terbunuh olehnya."
Seorang yang lain berkata serupa padaku. Ketika aku lihat Abu Jahal
mendekat maka aku tunjukkan pada kedua pemuda itu. Kemudian kedua pemuda
itu maju dan menyerang Abu Jahal sampai Abu Jahal terbunuh."
Yang tragis adalah kematian Abu Lahab, ini merupakan bukti bahwa perang
Badar ini berdampak besar. Ia tidak ikut berperang, hanya ketika ia
mendengar berita kekalahan, ia pun jatuh pingsan, lalu sakit selama
tujuh hari. Sesudah itu matilah ia. Tiga hari kemudian bangkainya baru
dikubur. Dan amat dukanya atas kekalahan ini sehingga dinyatakan hari
berkabung selama satu bulan penuh.
BERSAMBUNG
No comments:
Post a Comment